Film '22 Menit' berdurasi 80 menit ini disutradarai Eugene Panji dan Myrna Paramita Pohan, bagian dari sosialisasi antiterorisme, film drama "action" ini diinspirasi dari kisah nyata aksi serangan teror yang terjadi di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016 lalu.
Sutradara Eugene Panji dan Myma Paramita dari Buttonijo Films dan Bank Rakyat Indonesia ini mengangkat tentang keberanian warga ibukota dan kesigapan aparat kepoiisian dalam mengatasi serangan teroris yang terjadi di Jakarta.
Film ini dibintangi oleh Arie Bayu yang berperan sebagai Ardi, anggota pasukan anti terorisme kepolisian yang mempertaruhkan nyawanya demi mengamankan ibukota dari ledakan born tersebut. Berkat kesigapan tim dan juga bantuan dari seorang polisi lalu lintas bemama Firman (Ade Firman Hakim), pelaku serangan bom bisa diamankan dalam waktu 22 menit.
Peristiwa berakhir dengan singkat, tapi insiden mematikan tersebut mengubah hidup orang banyak untuk selamanya. Selain cerita tentang Ardi dan Firman, "22 Menit” juga menghadirkan sudut pandang mereka yang ikut teijebak di dalam situasi mencekam. Beberapa di antaranya adalah office boy bemama Anas (Ence Bagus), dua karyawati bemama Dessy (Ardina Rasti) dan Mitha (Hana Malasan), serta Shinta (Taskya Namya) kekasih Firman.
Eugene dan Myrna yang bekerjasama dengan penulis naskah Husein M. Atmojo & Gunawan Rahaxja memang berniat untuk mengangkat nilai-nilai kemanusiaan yang terkaji dengan peristiwa tersebut.
Meski inspirasinya diambil dari kisah nyata, Eugene menegaskan bahwa “22 Menit” tidak dimaksudkan sebagai dokumentasi dari kejadian tersebut.
“Kami mendramatisir beberapa bagian dari peristiwa bom Thamrin untuk keperluan cerita lewat medium fllm. Kami berniat menyuguhkan sajian teknologi canggih ke layar 1ebar,” ujar Eugene.
Tim produksi “22 Menit” menggarap film berdurasi 75 menit ini dengan serius. Menurut Myrna yang telah melakukan penelitian di Kepolisian Republik Indonesia selama setahun sebelum produksi dimulai, pihak Buttonijo rajin berkonsultasi dengan aparat demi akurasi adegan. Sejumlah aktor yang terlibat adegan baku tembak diwajibkan untuk mengikuti boot camp agar bisa tampil meyakinkan. Bahkan, Buttonijo juga membangun maket kedai kopi dan pos polisi dalam ukuran nyata 1:1 untuk
diledakkan secara sungguhan.
“Kami menggunakan CGI untuk banyak adegan action di ‘22 Menit.‘ Contohnya, adegan baku tembak antara polisi dan teroris. Lulu, karena ledakan kedai kopi dan pos polisinya beneran, kami juga harus pakai green screen untuk menggambarkan situasi Thamrin saat im,” Myrna menjelaskan
Untuk urusan musik, Buttonijo mengandalkan komposer Andi Rianto yang hasil karyanya sudah tidak diragukan lagi. Andi mengatakan gembira bisa bergabung dengan tim kreatif “22 Menit.”
“Menurut saya, jalan cerita ‘22 Menit’ sangat menarik dan adegannya sangat bercerita. Apalagi adegan-adegan action-nya. Saya berharap sentuhan scoring yang saya buat mampu menghadirkan sisi emosional dari film ini, Ario Bayu sebagai Ardi pemeran utama, seorang polisi anggota unit antiterorisme. Risiko pekerjaan yang tinggi tak menghalangi Ardi dalam beraktivitas, termasuk mengantar anaknya ke sekolah setiap hari sebelum bertugas dan ketika ledakan bom terjadi di pusat kota, Ardi dan rekan-rekannya mempertaruhkan nyawa demi mengamankan situasi. Dalam 22 menit, Ardi dan satuan antiterorisme berhasil meringkus pelaku. Namun, ledakan bom Thamrin pada akhirnya mengubah hidup banyak orang untuk selamanya.
Selain Ario Bayu ada pula, Ade Firman Hakim, Mathias Muchus, Hana Malasan, Ence Bagus, Ajeng Kartika, Taskya Namya, Fanny Fadillah "Ucup" dan Ardina Rasti dan para pemain pun melatih diri agar terlihat nyata.
Suasana memcekam disetiap adegan akan semakin membuat film ini seru dengan bom yang meledak, baku tembak di tengah jalan dan aksi berbahaya yang biasa dilakukan polisi terlatih.
Buttonijo Films berkonsultasi dengan jajaran kepolisian agar bisa menggambarkan kondisi seakurat mungkin, "kami tidak mau bikin film yang salah," dan apa yang ditampilkan dalam film dibuat sepersis mungkin dengan kondisi asli sesuai prosedur standar, " ujar Eugene
”Kami ingin film ini juga bisa menggambarkan kecanggihan fasilitas yang dimiliki oleh polisi Indonesia," ujar Myrna, selain itu, menurut dia, kemajuan teknologi polisi tak banyak diketahui masyarakat.
Di fim '22 Menit' ini pun hadir pula musik Semenjana, musisi terompet Ade Paloh mengisi Iagu "Jakarta”, lagu bertema sosial dengan kisah manusia di ibu kota yang penuh dinamika dan kecintaan kami pada Jakarta dan sebagian keuntungan dari penjualan tiket akan disumbangkan untuk korban bom Thamrin.
Film berjudul 22 Menit yang menggambarkan peristiwa Iedakan bom di daerah Sarinah, Thamrin merupakan bagian dari corporate social responsibility perusahaan yang bekerja sama dengan Polri. Meski nama perusahaan tersebut masih samar, Brigjen Krishna Murti dari Polri diberi tanggangjawab untuk mengurusi pembuatan film tersebut.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, lrjen Setyo Wasisto menegaskan film tersebut memang bekerja sama dengan Polri. Namun, film itu bukanlah program dari bagian Humas Polri. Menurutnya, ada tim khusus yang dibentuk oleh Polri atas izin Kapolrijenderal Tito Karnavian untuk film tersebut.
“Ada tim khusus yang memang dibuat, oleh Kapolri. Dipimpin oleh Pak Krishna Murti," kata Setya, melalui film ini Polri hendak menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang bahaya terorisme dan mengajak seluruh elemen untuk meningkatkan kewaspadaan dan penanggulangan terorisme di Indonesia, kata Kapolrijenderal Pol Tito Karnavian dan berharap film ini memberi pesan kepada masyarakat tentang bahaya terorisme. Lewat film ini, lanjut Tito, Polri berharap masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan kebersamaan dalam menghadapi kejahatan terorisme, " lanjut Tito.
Mantan Kapolda Metro Jaya ini.
Di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pejabat tinggi lainnya, Tito mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menonton film tragedi yang terjadi pada Januari 2016 lalu.
Namun, di akhir sambutannya, Tito berkelakar bahwa anggaran Polri tidak
mencukupi untuk mengajak masyarakat menonton film 22 Menit. Ia pun menuturkan agar masyarakat menonton film tersebut dengan biaya sendiri.
"Karena anggaran Polri tidak tersedia maka disarankan menonton di bioskop, yang akan tayang pada 19 Juli 2018 dan mohon maaf dengan bayar sendiri," ujar Tito.
Di film ini bisa mengobarkan semangat keberanian untuk warga Indonesia untuk menolak penyebaran jaringan terorisme."Kejadian bom Thamrin memberi banyak pelajaran untuk warga Indonesia agar bisa bersatu melawan aksi terorisme. Dengan ramainya tagar #kamitidaktakut di dunia maya, kami melihat betapa tahan bantingnya Indonesia terhadap aksi-aksi seperti ini,” kata Myrna.
Ardi, Firman dan segenap jajaran unit anti terorisme mempertaruhkan nyawa demi mengamankan ibukota dari ledakan bom tersebut. Dalam 22 menit, pelaku berhasil diringkus. Namun, peristiwa tersebut telah mengubah hidup banyak orang dan bagaimanakah keseruan warga Jakarta menghadapi saat bom terjadi ??. Penasaran.., jangan lewatkan penayangannya pada 19 Juli 2018 di bioskop Indonesia.
Komentar
Posting Komentar