Setiap kebaikan, seberapa pun. mulia akan mendapat tantangan. Aksi 212 salah satunya. Sekalipun bagi Kyai Zainal, keberangkatan berjalan kaki dari Ciamis menuju Jakarta adalah ungkapan cinta pada Allah, tetap disalah pahami, bahkan oleh anak kandung sendiri yang sudah lama terpisah.
Rahmat (Fauzi Baadila) yang sedang mengunjungi kampung halaman, ”terjebak" mengikuti long march sang ayah dari Ciamis menuju aksi 212 di Jakarta. Pandangan dan sikap sinisnya terhadap aksi tersebut memicu konflik hubungan antara ayah dan anak sepanjang perjalanan.
Hidup penuh dengan misteri. Allah kuasa membolak balik hati. Kyai Zainal yang begitu dihormati dan dipercaya umat, justru tak mampu meluluhkan hati anak sendiri. Perjalanan menuju Jakarta semakin dekat, adakah cukup waktu untuk meyakinkan Rahmat, seorang jurnalis lulusan luar negeri, agar berubah dan mendukung perjuangan sang ayah.
Film 212 The Power of Love yang tayang 9 Mei 2018 kisah perjalanan Cinta. pada Allah, Al Quran, keluarga, serta Cinta atas keragaman dan kemanusiaan.
Menampilkan Fauzi Baadila, Meyda Safira, Asma Nadia, Adhin Abdul Hakim, Hamas Syahid, Rony Dozer, serta menghadirkan artis papan atas yang juga alumni aksi, 212 Peggy ”Khadijah" Melati Sukma, lrfan Hakim, Arie Untung, Dimas Seto, Tomy Kurniawan, Neno Warisman.
"Dengan iringan musik indah karya Dwiki Dharmawan. Penulis script, Ali Eunoia dan Jastis Arimba berupaya membuat kisah yang merangkul
semua kalangan dan bisa dinikmati oleh semua umur, karena berisi kisah tentang kekuatan cinta yang mampu menyatukan,"ujar Jastin Arimba.
Helvy Tiana Rosa, penulis yang juga produser film ini bersama Benny Arnas, Ustadz Erick Yusuf dan Oki Setiana Dewi sebagai Eksekutif Produser.
Bagi donatur yang berminat sedekah tiket film 212 The Power of Love untuk yatim dan dhuafa, bisa menyalurkan uang melalui BNl Syariah 8111700000 atas namaWKS 212 Movie atau bank Syariah Mandiri no. rekening 7778887783 atas nama Yayasan Ihaqi Indonesia.Sebagian hasil penjualan tiket akan disalurkan bagi kemanusiaan didalam dan luar negeri seperti Suriah, Palestina, dan lainnya.
It’s about Love, Faith and Peace.
Film yang diangkat dari kisah nyata Aksi Bela Umat Islam yang pada 2 Desember 2016, atau Iebih dikenal dengan sebutan 212, diproduseri Helvy Tiana Rosa. " film independen. ini tidak dibiayai dan disponsori, "kata Helvy sang producer.
"Tiga manfaat menonton film 212 The Power of Love. "Beberapa teman yang non-Muslim bertanya apa makna atau manfaat bagi mereka jika menonton film 212 The Power of Love. Saya jawab paling tidak, film ini humanis, menguatkan makna keluarga. lkatan orang tua dan anak, nilai-nilai yang relate, bagi umat agama apa pun," kata Asma Nadia yang juga berperan di film ini, film ini menjadi syiar bagi perdamaian dan persatuan, bukan hanya umat Islam, melainkan juga bangsa Indonesia secara keseluruhan. "Semangat yang diusung siapa saja anak bangsa yang merindukan terbangunnya toleransi di antara umat beragama di Indonesia ," ujar Asma Nadia.
Film ini juga menjadi auto kritik bagi umat Islam untuk tidak main hakim sendiri. "Sehingga, diharapkan ke depan, umat Islam bisa menjadi rahmatan lil alamain, termasuk keberadaannya memudahkan mereka yang bukan Muslim," papar Asma Nadia. Film ini dibintangi oleh Fauzi Baadila, Adhin, Abdul Hakim, Asma Nadia, Ustaz Erick Yusuf, Hamas Syahid, Ronny Dozer, Meyda Sefira, dan Iainnya serta Helvy dan Asma, sebagai novelis kondang kakak-beradik
Pada hari itu jutaan umat memenuhi kawasan Monumen Nasional (Monas) dan sekitarnya, menyatakan sikap dan kecintaan mereka kepada Allah dan Alquran, mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia, dengan berbagai cara dan melewati berbagai rintangan, untuk turut hadir menyatakan pembelaan mereka terhadap A1 Quran, dan pada hari itu aksi berjalan dengan sangat damai dan santun, peristiwa menggetarkan ini diangkat oleh rumah produksi Warna Pictures spesialisasi film- film dokumentar, lewat film layar lebar perdananya yang berjudul : “212, The Power of Love”.
“Cerita ini sendiri mengadaptasi kisah nyata perjalanan seseorang yang awalnya skeptis terhadap Islam namun harus terjebak dalam sebuah perjalanan menuju aksi 212 di Monas, ” ujar Jastis Arimba sang Sutradara dan penulis skenario.
Film ini mengisahkan pergulatan batin, Rahmat, seorang jurnalis di sebuah media terkemuka, pada suatu hari ia mendapat kabar bahwa Ibunya meninggal dan membuat Rahmat harus pulang ke kampung halamannya.
Selama hidupnya Rahmat sering bersitegang dengan Ayahnya, seorang tokoh agama desa yang dianggapnya keras dan konservatif. Tiba-tiba Ayah Rahmat yang sudah tua renta tersebut memutuskan untuk melakukan Iongmarch bersama para kaum muslimin dari desanya menuju Jakarta untuk berpartisipasi dalam 212 dengan tujuan membela Alquran yang di cintainya.
Berbeda dengan ayahnya, Rahmat menganggap aksi 212 dan aksi-aksi sebelumnya adalah gerakan politik yang menunggangi umat Islam untuk kepentingan kekuasaan. Namun, melihat kondisi ayahnya yang sudah tua akhirnya Rahmat memutuskan untuk menemani ayahnya untuk melakukan perjalanan jauh tersebut. Perjalanan akhirnya berubah menjadi sebuah kisah yang bernilai bagi Rahmat.
Film ini bukan tentang gerakan politik, atau kisah cinta biasa, melainkan tentang hubungan antar manusia dan cinta dengan Tuhannya yang terangkai dalam momen 212.
“ Seperti halnya juga aksi 212 yang merupakan aksi damai, film ini juga membawa pesan perdamaian dari umat Islam Indonesia, ke seluruh penjuru” ujar Jastis Arimba.
Semoga dengan adanya film ini bisa memberikan inspirasi dan semangat kebangkitan Umat Islam. [ES]
Rahmat, seorang jurnalis di Majalah Republik. Sosoknya yang dingin dan cenderung sinis membuat ia tidak memiliki banyak teman, kecuali Adhin sang fotografer. Suatu ketika Rahmat mendapat kabar bahwa ibunya meninggal dunia, ia pun harus pulang ke Ciamis, setelah 1O tahun ia pergi dan belum pernah satu kalipun kembali karena persoalan di masa Ialu. di Ciamis Rahmat bertemu kembali dengan Yasna, sahabat kecil yang diam diam masih ia kagumi hingga saat ini.
Usai pemakaman ibunya, Rahmat bermaksud kembali ke Jakarta, namun ia mendapat informasi bahwa ayahnya Ki Zainal akan melakukan Iongmarch bersama para santri dari Ciamis untuk mengikuti aksi pada 2 Desember 2016. Hubungan Rahmat dan Ki Zainal diketahui sangat tidak harmonis, ia menganggap Rahmat seorang pengecut yang tidak bertanggung jawab, Rahmat berupaya menggagalkan niat ayahnya, karena khawatir aksi tersebut akan memicu kerusuhan serta menimbulkan korban jiwa seperti peristiwa aksi 98.
Bagaimanakah perjuangan Rahmat. atau mala terjebak dalam aksi tersebut? dan bagaimana akhir hubungan antara Rahmat, Ki Zainal dan Yasna?, jangan lewatkan 9 Mei 2018 di bioskop Indonesia.
Komentar
Posting Komentar