Seminar Nasional Dua Puluh tahun Reformasi Huru-Hara Mei'98 Gugurnya 'Empat Pejuang Reformasi Mahasiswa Trisakti'
Sebagai pembicara di seminar ini Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Hartono Laras, sejarawan Anhar onggong, Anggota DPR TB Ace Hasan Syadzily dan aktivis 98 Julianto Hendro Cahyono, Anton Aritonang dan Sarbini dan moderator Dorri Heriambang.
Sudah 20 tahun Perubahan Reformasi kita dapat melihat dan merasakan dampak perubahan itu dari sebuah negara yang ototarianisme menjadi Negara yang demokratis, dibutuhkan sebuah pengorbanan yang tidak sedikit bahkan nyawa dan darah taruhanya. ‘Setiap Revolusi (perubahan) akan menelan korban” begitulah salah satu bunyi adagium, dan Sejarah mencatat perubahan yang terjadi dua puluh tahun yang lalu menelan korban.
Empat mahasiswa Trisakti menjadi martir dari sebuah perubahan yang terjadi pada bangsa ini, dimana nasib kasusnya sampai sekarang masih tidak ada keadilan, kematian empat mahasiswa Trisakti tersebut merupakan sebuah gerbang menuju sebuah perubahan, demokrasi yang sama-sama kita naungi saat ini.
Kita melihat dan menyadari bahwa ke-4 pejuang reformasi dan seluruh elemen mahasiswa yang turun kejalan ketika itu, mereka bukan tidak punya tujuan atau hanya sekedar ikut-ikutan saja, tapi mereka menyadari akan peran serta dan fungsinya sebagai ”agent of change”. Mereka meyakini akan adanya sebuah era baru dimana demokrasi tumbuh dan pembangunan merata dimana-mana.
Dan kita ketahui semua, bahwa perubahan 20 tahun yang Ialu meminta tumbalnya dengan kematian ke-4 pejuang reformasi masih diseIimuti awan gelap hingga saat ini, maka kami memandang dan mendorong perlu adanya sebuah penghargaan negara atas kematian ke-4 mahasiswa Trisakti tersebut.
Kami memandang gelar/tanda jasa Pahlawan adalah sebuah hal yang pantas disematkan untuk kematian mereka, sehingga kematian mereka menjadi Hikmah (Pelajaran) bagi bangsa Indonesia dan kematian mereka juga dapat mejadi lnspirasi bagi anak~anak muda penerus bangsa, bahwa tidak ada sebuah pengorbanan yang sia-sia dan, kematian empat pejuang reformasi tersebut dapat menjadi contoh heroisme dikalangan anak muda sekarang," ujar Ahmad Kurniawan, Sekjen Ikatan Alumi Usakti dan Ketua Umum Paperti 12 Mei 98, di Auditorium Gedung D Universitas Trisakti Jakarta Barat 28 Mei 2018.
”dahulu dizaman sebelum kemerdekaan Indonesia, kalau anda tidak mengangkat bambu runcing, tidak ada tentara darurat, dan tidak ada anak-anak muda yang nekat, saya percaya bahwa hari ini ada tidak bisa sebebasnya kita bisa hangout bersama teman, keluarga yang kita cintai, begitu juga dengan Reformasi, jika tidak ada anak-anak muda atau mahasiswa yang nekat dan mau berkorban ketika itu mungkin Suharto masih duduk dibangku kebesaranya dan tidak ada negara demokrasi seperti apa yang kita lihat dan kita nikmati sekarang ini.
Sebagai peringatan tanda jasa kepada ke-4 pahlawan nasional ini sebagai virus baru Untuk menularkan sifat-sifat "heroisme" ke-4 pahlawan reformasi sekarang dan akan datang, semoga perjuangan para mahasiswa tetap selalu dikenang sebagai pahlawan nasional bangsa kita Indonesia, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawannya (Sukarno)
Komentar
Posting Komentar